LANGGU.Langgu dalam tradisi masyarakat Tialo dikenal sebagai sebuah gangguan spiritual. Gangguan ini dipercaya muncul ketika seseorang "disapa" atau disentuh oleh roh leluhur, keluarga teman atau sahabat akrab yang sudah meninggal dunia, atau makhluk halus lain yang memiliki ikatan batin. Langgu sering terjadi secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas, seseorang bisa merasa mual, meriang, kepala berat, pusing, tubuh lemas, bahkan bisa terlihat seperti orang linglung atau kehilangan semangat.

Untuk mengatasi gangguan ini, masyarakat Suku Tialo meyakini metode penyembuhan tradisional yang disebut Langgu. Langgu adalah prosesi penarikan rambut secara khusus yang dilakukan oleh seorang topoganoe atau dukun yang memiliki kemampuan spiritual. Rambut dari orang yang terkena 'Langgu' ditarik secara halus dan penuh kehati-hatian, sambil disertai bacaan doa atau mantera tertentu. Bisa juga dilakukan oleh si topoganoe dengan rambutnya sendiri. Proses ini bukan sekadar menarik rambut, tetapi dipercaya sebagai cara untuk “mengangkat” atau “melepaskan” gangguan gaib yang menempel pada tubuh seseorang.

Dalam banyak kasus, setelah rambut berhasil ditarik dengan bunyi ciri khas, maka pasien akan langsung merasa lega. Tubuh terasa ringan, pikiran menjadi jernih, dan gejala-gejala Langgu pun menghilang. Penarikan ini diyakini sebagai cara roh yang mengganggu dilepaskan atau dikembalikan ke alamnya dengan cara yang baik dan terhormat.

Langgu bukan hanya ritual penyembuhan, melainkan juga bagian dari penghormatan terhadap dimensi spiritual dalam kehidupan masyarakat Suku Tialo dan beberapa suku diwilayah Sulawesi umumnya dan khususnya didaerah kabupaten Parigi Moutong. Ia menjadi simbol bahwa dunia nyata dan dunia gaib selalu berdampingan, dan ketika keseimbangannya terganggu, maka diperlukan upaya tradisional yang sarat makna untuk mengembalikannya. Sampai saat ini ritual langgu masih menjadi alternatif masyarakat yang mendapatkan gejala langgu seperti diatas.

#Abdulharislaparako